Rudyansyah
1202045204
Jepang Di Mataku
Upacara minum teh merupakan upacara tradisi budaya turun temurun yang dilakukan Jepang sejak sebelum zaman edo. Upacara minum teh ini hingga sekarang masih tetap dilestarikan. Upaacara minum teh di Jepang memiliki makna kehidupan yang sangat dalam dan sebuah ajaran tata krama yang baik disamping banyaknya manfaat upacara ini dalam bidang kesehatan
Budaya minum teh merupakan sebuah tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Jepang dari dulu yang hingga kini tetap di lestarikan. Upacara minum teh merupakan upacara penyambutan tuan rumah kepada tamu dengan cara menyajikan teh. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Jika di dalam ruangan disebut chato. Biasanya para tuan rumah menyediakan bunga, lukisan, dan keramik yang indah untuk menyambut para tamu dalam upacara minum teh ini.
“Upacara ini mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni dalam ruangan upacara minum teh”
Peralatan Upacara Minum Teh
Lukisan dinding yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara minum teh disebut kakejiku. Bunga yang biasanya dipasang pada ruangan tempat upacara minum teh disebut chabana. Biasanya dalam upacara minum teh menggunakan teh matcha yakni teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchado. Namun kadang kala juga bisa menggunakan teh hijau jenis sencha. Upacara minum teh dengan teh ini disebut senchado. Dalam upacara ini juga disajikan kue manis yakni Okashi.
Sejarah
Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. Kehidupan Lu Yu ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di Jepang ini.
Pada abad ke 12, jenis baru dari teh, yaitu matcha, mulai diperkenalkan. Teh yang terbuat dari bubuk teh hijau ini pertama kali digunakan dalam ritual keagamaan di biara Budha. Pada abad ke 12, samurai-samurai mulai meminum teh ini, dan dasar-dasar upaca minum teh mulai dibuat.
Pada abad ke 16, tradisi minum teh ini telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di Jepang. Sen no Rikyu adalah seorang figur tokoh sejarah dalam upacara minum teh yang paling terkenal dan dihormati di Jepang. Dia memperkenalkan konsep ichi-go ichi-e(一期一会, one time, one meeting), sebuah keyakinan bahwa sebuah pertemuan harus dihargai karena pertemuan tersebut belum tentu dapat terulang kembali. Ajarannya menyebabkan perkembangan bentuk-bentuk baru dalam arsitektur, perkebunan, karya seni dan tentu saja dalam upacara Sadou ini. Prinsip-prinsip yang diperkenalkannya, yaitu kehormatan, ketenangan, dan kemurnian masih menjadi pusat dalam upacara minum teh hingga sekarang ini.
Makna upacara minum teh di Jepang
Upacara minum teh di Jepang banyak mengandung makna kehidupan. Setiap prosesi yang ada dalam upacara minum teh di Jepang mengandung setiap makna. Prosesi saling memberi hormat antara tamu dan penerima tamu yang bermakna saling menghormati dan setiap orang harus menghormati tamu. Prosesi pemberian kue manis atau okashi yang mana harus dihabiskan oleh tamu merupakan bentuk penghargaan dari tuan rumah untuk menyambut tamu dan tamu yang mendapat kue okashi harus menghabiskannya sebagai rasa syukur akan pemberian tamu juga sebagai bentuk penghormatan. Pada saat Tea Master membuat teh, setiap gerakan yang dilakukan sangat hati hati dan penuh kesabaran dan tidak boleh tergesa gesa hal ini bermakna seseorang harus melakukan sesuatu secara hati hati dan sabar. Meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Mangkuk teh yang disajikan diletakkan dengan sangat hati-hati karena yang menyajikan harus memastikan bahwa motif terbaik dari mangkuk teh tersebut harus menghadap ke arah tamu. Karena itu adalah sisi yang paling baik, maka tidak sopan pula bagi tamu untuk meminum langsung dari sisi tersebut. Jadi peminum teh juga harus memutar mangkuk teh agar posisi motif menghadap tuan rumah sebagai tanda terima kasih dan menghormati.
“Bahwa upacara minum teh itu sakral sifatnya. Sekaligus menggambarkan bahwa “yang penting bukan ketika teh dihirup melainkan bagaimana proses membuatnya”. Dalam proses pembuatan teh lalu menghidangkannya dengan aturan yang gemulai alami membuat kita teringat “diri”, teringat alam, teringat perjalanan hidup, teringat darimana kita datang da ke arah mana kita pergi.
Harmoni, keseimbangan adalah “jalan hidup” yang setiap kali harus di rawat, ditata, dilatih dalam proses gemulai. Halus. Tak terburu buru”